Monday, September 12, 2011

September 11

Sinar matahari senja sudah mulai kalah terang dengan sinar bulan purnama yang sudah tampak tinggi di atas langit. Itulah pertanda alam yang menyiratkan kalau perutku sudah saatnya diisi. Lihat saja, begitu saraf2 mataku melaporkan kepada otak tentang keadaan itu, saat itu juga saraf2 di perut langsung mengirimkan sinyal ke otak yang kemudian diterjemahkan menjadi kata “lapar.. lapar...” Seketika itu juga keluarlah perintah otak untuk keluar dari tempat peraduanku dan mencari orang yang beberapa saat yang lalu mengatakan 2 kata yang saat itu nyaris tidak aku pedulikan “KFC yuk!”

Kurang dari 10 menit kemudian, aku sudah ada di dalam perjalanan untuk mengikuti perintah perutku yang masih senantiasa berteriak kelaparan itu. Aku menerobos jalan dengan cepat, tanpa mempedulikan 2 orang auntie2 yang sedang bagi selebaran dan lampu merah yang melarangku menyeberang karena saat itu masih giliran orang2 di dalam mobil untuk lewat. Menjelang tempat makan, suasana masih ramai, aku kembali menyelipkan diri di antara orang2 yang sedang ngantri buat naik taksi, namun akhirnya perjalananku terhalang seorang ibu dan anak kecilnya yang benar2 menghabiskan seluruh badan jalan yang ada. Well, bukan karena ukuran mereka, tapi karena memang di sana seang ada ‘pasar kaget’ menyambut mid-autumn festival di mana bagian tengah2 jalan tiba2 tertutup untuk para penjual kue bulan. Ahirnya gua hanya bisa berjalan dengan kecepatan kurang dari 30% kecepatan maksimumku tepat di belakang si ibu2 tadi. Akhirnya, dengan sedikit kesempatan, keberuntungan, dan kegalakan, kedua ‘penghalang jalanan’ itu berhasil aku lewati dan dengan segera aku berbelok kanan masuk ke tempat tujuan.

Kini aku sudah berada di dalam KFC. Aku hanya perlu menuju ke arah kasir dan makanan untuk mengisi perutku akan segera tersedia. Namun masalahnya, antrian di keempat kasir yang ada di sana sudah mengular belasan meter jauhnya. Dengan kurang sabar, aku pun mulai mengantri di sana (yah, mau bagaimana lagi kan?). Aku lihat orang2 di antrian sebelah depan, ada gerombolan anak2 kuliahan yang sedang mainan hp (hmm.. orang2 seperti ini biasanya cepat, pesen buat diri sendiri kayak gua), ibu2 dengan anak kecil (wah, mudah2an anak kecilnya ga rewel minta ini-itu), OB... (cepat, kecuali kalau menjelang kasir tiba2 5 orang temannya dateng nyeruduk nyerobot barisan gua), bapak2 sendirian (hmm, take away buat seluruh keluarga berhubung istrinya ngga masak hari ini). Tapi tetap saja, panjang.. estimated queuing time: 15 minutes!). Perutku harus bersabar 15 menit lagi, kalau semua berjalan dengan lancar.

Akhirnya, tibalah giliranku, seperti biasa aku memesan 2 potong ayam, 2 kentang, yang biasa dan yang sudah diblender, dengan coca cola, benar2 menu yang disarankan bagi orang2 yang sedang diet. Dengan hati berdebar aku menunggu pesananku datang. Segera, pesanan itu sudah siap untuk kubawa ke meja dan kusantap, memuaskan dahaga perutku. Tapi, tunggu.. satu.. dua.. tiga.. lho, kok ayamnya ada tiga potong? Apa ini punyaku? Aku tunggu sebentar, tidak ada yang mengambil, orang yang tadi di depanku sudah pergi, yang di belakang masih ngobrol sama kasirnya, berarti, ini punyaku. Lha, kok bisa? Tiba2 kasir itu melirik struk yang ada di nampanku, “Wah.. bakalan diganti nih” pikirku. Ternyata, dia hanya melihat. Tidak melakukan apa2. Segera dengan cepat tanpa ragu2 aku ambil nampan itu dan kubawa ke meja.

Aku pun sudah siap berpesta, 1 dada, 1 paha atas, 1 paha bawah, benar2 akan merusak diet yang sudah kujalani selama ini dengan setengah hati. Manusia di depanku berinisiatif menyembunyikan struk itu di bawah nampannya, 2 orang anak kecil yang duduk di sebelahku langsung memasang tampang tak percaya, walaupun sebenarnya tidak ada yang aneh dengan itu kan? Aku tatap lagi apa yang ada di atas meja, ayam oreng, 3 potong untuk dihabiskan, kentang, coca cola, wew.. Perutku dijamin puas dan nggak akan ribut2 lagi.

Aku mulai makan dengan lahap. Satu.. dua... ti.. Wah, ternyata tangan orang di sebelah lebih cepat, jadi potongan ayam yang ke-3 langsung disambarnya tanpa basa-basi. Antara senang dan dongkol, senang karena ada kemungkinan dietku tidak rusak2 amat, dan sepertinya aku sudah tidak akan mampu lagi makan potongan yang ke-3 dan dongkol karena ayam gratis yang kudapat dengan susah payah, entah karena kesalahan orangnya atau sebagai hadiah atas kesetiaanku mempromosikan KFC selama ini kepada orang2 di sekitarku, entahlah. Kenyataan yang ada adalah drumstick itu.. kini telah berpindah tangan ke sebelah. Oh iya, apa aku pernah bilang? Kedua orang anak kecil di sebelahku yang menatapku dengan tidak percaya itu tidak tahu peristiwa ini. Mereka sudah pergi duluan, saat melangkah keluar pun, tatapan mereka masih tak beralih, kepada seseorang yang sedang berhadapan dengan 3 potong ayam KFC.. Hei.. nothing wrong with that okay. You can’t sue me because of it!”

Akhirnya, aku hanya makan 2 potongan ayam besar, dan perutku kini tidak lagi mengirimkan sinyal “lapar,” dan sinyalnya kini berganti menjadi “sakit.. sakit..” Entah apa maunya perutku itu, tapi yang pasti, pagi2 buta keesokan harinya, perutku mengalami komplikasi yang memaksa otakku membangunkanku yang masih tertidur dengan enaknya dan gak bisa tidur lagi setelah itu sampai sinar matahari pagi muncul dan semakin tinggi yang menandakan aku harus segera kembali bersiap2 kembali ke kehidupan nyata. Yah, sudah hari senin. Saatnya kembali merasakan kelam dan kejamnya hidup di dunia ini.

Sekian.

PS: Pelaku dalam post ini bukan gua, gua hanya seorang reporter..

Friday, September 02, 2011

Mesmerized

Buat kebanyakan orang, kata Bahasa Inggris ini mungkin terdengar sangat tidak familiar karena selama ini gua tidak bisa menemukan artinya di kamus Bahasa Inggris manapun, meskipun akhirnya gua bisa menemukan di internet. Kami, gua dan beberapa ‘comrades’ yang biasa menghabiskan waktu ngeslack dengan ngopi sambil ngobrol2 gak penting bak pegawai negri, telah berhasil menemukan kata baru dalam Bahasa Inggris, yang sementara hanya dipakai di kalangan terbatas, namun semoga bisa dengan cepat tersebar luas. Kata itu adalah: MESMERIZER. Menurut www.thefreedictionary.com, arti kata ini adalah “a person who induces hypnosis.” Dengan ini, kami menyatakan telah menciptakan definisi baru bagi kata ini yaitu “A person who mesmerizes.” Dalam bahasa Indonesia “Orang yang membuat anda terpesona.”

Cerita ini kembali bermula dari sebungkus kopi sachet Nescafe. Alkisah seseorang membawanya ke pantry. Tiba2 di tengah jalan: “Eh, gua punya kopi nih, lu mau ga? Kalau mau ini gua kasih lu aja deh.” “Yang bener?” si ‘mesmerizer’ menjawab. “Iya, ambil aja. Gua punya banyak” jawabnya. “Wah, oke terima kasih banget ya.” Kata si mesmerizer yang juga menjadi ‘mesmerized’ itu sehingga mundur beberapa langkah dan menginjak kaki GUA! Cerita berlanjut, setelah sampai di tempat tujuan, yaitu ‘pantry’ orang ini tiba2 bilang “Lho, mana kopi guaa????” Yang gua jawab dengan bingungnya “Lho, kan lu kasih dia tadi!” Sejak itulah kami menjuluki orang ini ‘the mesmerizer.’

Lho, lalu memang siapa dia? Seorang cewek, sudah jelas, karena kita semua masih manusia normal. Dengan suara nyaring bak bunyi dering telepon jaman dulu yang selalu berbunyi tanpa henti, perawakan yang agak mungil seperti ibu kos rumah sebelah (tapi ukuran bajunya nyaris sama dengan ukuran baju gua!), rambut rada ikal bak indomie goreng keriting, dan gaya busana yang membuat gua tidak mencium sedikitpun aroma ‘phd’ yang seharusnya keluar dari kepalanya. Memang sejak kedatangannya, tepatnya setelah kejadian ‘mesmerization’ (lihat definisi di paragraf berikut) itu, suasana di sekeliling memang menjadi lebih meriah.

Tapi waktu peristiwa ‘mesmerization’ ( ‘an act of mesmerizing people, either intentionally or not’ atau ‘tindakan untuk membuat orang terpesona, baik disengaja ataupun tidak’) itu, gua nggak pernah menyangka kalau hal itu bisa menular, artinya kalau satu orang ‘mesmerized,’ maka orang2 yang lain bisa ikut2an ‘mesmerized’ juga termasuk gua, yang sekarang sudah mulai agak2 ‘mesmerized’ yang sudah terbukti dengan tumbuhnya keberanian untuk melancarkan kata2 gombal gak jelas yang baru gua sadari kemudian, yang artinya sewaktu tindakan itu dilakukan, gua nggak nyadar kalau gua sedang GOMBAL.

Untungnya, ‘mesmerized’ gua bisa cepet sembuh dan tidak merambat ke mana2, meskipun kalau dilihat2 orang ini memang memiliki modal untuk menjadi seorang ‘mesmerizer’ dengan modal seperti yang gua sebut tadi. Ditambah ‘mesmerization’ yang dialami oleh orang2 di sekitar gua yang membuat gua terkadang berpikir untuk bertukar tempat duduk agar bisa duduk tepat di sebelahnya, yang tentu saja tidak berhasil karena orang yang duduk di sebelahnya juga sudah terjangkit wabah ‘mesmerized’ itu. Tapi yah nggak apa2, karena kalau wabah itu kumat lagi, mungkin akan bisa berbahaya buat gua. Biarkanlah gua hanya ‘mesmerized’ dari jauh karena terbukti ‘mesmerization level’ itu berbanding terbalik dengan jarak.

Ah, if only she knew that she has mesmerized me to that extent.

Sekian.

Wednesday, June 08, 2011

WC Umum

Untuk soal pekerjaan, mungkin salah satu kerjaan yang paling enak terutama buat para Cina itu adalah wiraswasta. Jadi bos atas diri sendiri, nggak ada bos yang dengan setia ngatur dan marah2, malah sebaliknya kitalah yang menjadi si pengatur dan tukang marah2 itu. Tetapi yang namanya kerja, ya ada untung ruginya juga, pertama kerjaan begini perlu modal, kecuali anda lahir di keluarga yang hartanya gak habis dimakan 7 turunan, ini bakal jadi masalah utama. Kedua, ya itu, harus kerja keras dalam jangka waktu yang lama. Beda dengan kerjaan sekarang di mana kalau ngeslack dampak utamanya ya kena marah, di sini kalau ngeslack berarti ga dapet uang, simpel. Dan factor waktu juga yang bikin kebanyakan wiraswasta sukses itu sudah mendekati usia senja, istilahnya muda kerja paksa tua kaya raya, sedikit berbeda dengan cita2 awal: muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga . Ketiga seluruh resiko harus ditanggung sendiri, kalau bangkrut dan bernasib seperti keluarga cemara, ya mau bagaimana lagi. Keempat, tentu saja berurusan dengan orang2 dunia hitam seperti kepala preman yang berdomisili di blok 685B itu .

Meskipun demikian karena Cina bukan berarti gua nggak pernah berpikir jadi wiraswasta, pekerjaan termudah: jaga warung. Masalahnya: warungnya nggak ada. Lalu untuk mulai ada satu pertanyaan besar: warung apa yang harus dijaga biar bias untung besar, gak perlu kerja keras, dan akhirnya bias punya harta cukup buat 7 turunan. Well, seorang teman pernah bilang, jualan yang paling menguntungkan dan hal2 seperti di atas dapat tercapai dalam waktu kurang dari setahun itu cuma dua: narkoba dan cewek. Paling menguntungkan dan paling besar resikonya. Dan karena salah satu komponen cita2 gua adalah “mati masuk surga” maka pilihan ini tidak pernah gua pikirkan untuk dicoba.

Pilihan lain, buka toko elektronik atas saran dari seorang tetangga sebelah yang orang tuanya sukses membuka toko elektronik di Indo, sayang anaknya terjerumus cinta dengan seorang Korea dan sempat terperangkap dalam dunia phd meskipun akhirnya bisa melarikan diri . Well, tapi pastinya modalnya besar dan apa yang gua punya sekarang nggak akan cukup sehingga terpaksa masih harus berkutat lagi di dunia ‘riset’ untuk menambah modal. Ide sudah ada, bikin toko elektronik swalayan, ada jasa delivery dan barangnya disusun seperti di IKEA, sehingga semua orang dari pintu masuk sampai ke kasir melewati semua jenis barang elektronik yang ada, ibarat berjalan di museum, satu lajur saja. Di depan ada tukang jual makanan, terutama bakso (pakai mie, bukan selai stroberi biar gak dituntut karena ikut2an IKEA, lagian sepertinya gak akan laku). Menarik juga kalau dipikir2.

Pilihan lain yang sempat dipikirkan dengan serius beberapa bulan lalu, sesuatu yang akan lebih banyak berurusan dengan preman anak buah tetangga sebelah, yaitu juragan angkot. Hal ini sepertinya pernah dibahas di post sebelumnya, Mungkin yang menjadi inspirasi adalah sinetron “Angkot Haji Imron” waktu jaman gua masih “muda” dulu. Hanya dengan 6 angkot, bahkan salah satu keneknya budeg, bisa survive. Modal seharusnya lebih sedikit dari toko elektronik ditambah ini kan usaha bersama dengan para calon pemegang saham lain, sehingga lebih feasible. Sayangnya angkot udah terlalu banyak, kalau anda ke sebuah kota yang bernama Bogor, anda bakal melihat di jalanan, dari 5 mobil yang melintas, 4 di antaranya angkot, dan hanya 2 angkot itu yang isinya penuh, jadi saingan sudah banyak.

Akhirnya, calon pekerjaan yang menarik muncul di kepala, apa itu? Bikin “WC Umum”. Hah? Yang bener aja lu? Iya, bener, kalau dipikir2 keuntungannya benar2 bisa dibuat list. Begini:
1. Ini panggilan alam, you have no other option.
2. Sering terjadi, anda beli TV, dalam 5 tahun ke depan belum tentu anda beli TV lagi, tapi kalau anda ke WC, 2 jam kemudian pasti udah kebelet lagi.
3. Mudah diurus, bahkan di Indo, seandainya anda bilang “kalau WCnya disiram, diskon 10%; bantu siram WC yang sebelumnya ga disiram diskon 20%”, niscaya itu WC gak bakal kotor2 amat.
4. Coba hitung, kalau buka 8 jam dan setiap jam ada 50 orang ke WC dengan ditarik biaya 1000 perak, dalam sehari anda dapat 400.000. Berarti omzet anda sebulan (kalaupun weekend libur) sekitar 8 juta. Dikurang ongkos bersihin, air, dan yang lainnya, niscaya 6 juta masih ada. Kalau WC anda punya 20 cabang, angka itu adalah 120 juta.
5. Untung itu bakal lebih gede kalau airnya anda daur ulang, bilang aja ‘ramah lingkungan’ dan nggak bakal ada yang komplain soal itu. (well, kalau anda mendaur ulang air cuci tangan ya gak perlu diumumin)

Dengan cara itu ditambah inovasi2 menarik, misal pasang speaker yang senantiasa menyetel lagu2 mellow, jualan tisu basah buat menambah penghasilan sepertinya menjadi bos WC umum bukan sesuatu yang mustahil. Tertarik?

Sekian.

Wednesday, April 27, 2011

Laggers

Eh, lu punya lagu2 Indo nggak? Ini ada temen (dari negaranya Mao Tsetung) yang minta lagu2 Indo, kira2 gua kasih lagu apa ya?”

Dan pertanyaan itu mengingatkan gua kalau lagu Indo yang sedang gua dengarkan saat itu populer pada waktu gua ada di kelas 1 SMP.. “Bermimpi”, dan begitulah perenungan ini dimulai.

Di daerah asal gua, para supir angkot memiliki selera musik terbaik, tidak kalah dengn anak2 gaul waktu itu. Sound system super besar yang mengurangi kapasitas angkot mereka sebanyak 2 penumpang dimiliki oleh hampir separuh angkot di sana. Lagunya? Hanya ada dua menu, pertama lagu2 dugem belakang Untar macam “rain and tears” yang kemudian jadi soundtracknya Trio Macan atau lagu2 yang pernah tenar saat Solo masih berstatus Kerajaan (sekarang juga masih sepertinya) seperti lagu2nya Ebiet G. Ade atau Pance Pondang. Namun jangan salah, supir angkot ini sangat profesional, meskipun music berbunyi keras, dia masih dapat mendengar suara kecil dari penumpang yang bilang “Kiri, Bang”, jadi, anda nggak perlu takut untuk naik angkot di sana.

Khusus rute angkot favorit gua, lagu jenis kedua yaitu lagu2 jaman Kerajaan Solo jauh lebih populer. Maka dulu gua suka bilang, ada “lag time” kurang lebih 20 tahun antara kepopuleran sebuah lagu dengan kepopulerannya di dalam angkot ini. Jadi lagu2 milik Base Jam atau Stinky bakal populer kira2 10 tahun lagi, dan Samson atau Letto harus menunggu 20 tahun lagi sampai lagu2nya bisa diputar di sini. Namun sekarang gua harus mengakui kalau ‘lag time’ gua soal lagu mulai meningkat dan semakin lama semakin mendekati, bahkan suatu saat mungkin bisa melampaui para supir angkot ini. Karena itu gua mau coba menganalisa penyebabnya, dan setelah sedikit direnungkan, maka kira2 inilah biang keroknya.

1. Perpisahan dengan Glodok
Satu hari setelah lebaran 2006, gua resmi menjadi WNI yang tinggal di luar negri. Di sebuah negara di mana tidak ada satupun warung atau orang yang menjual permen karet dan CD bajakan. Tidak ada tempat bernama glodok yang penuh dengan vcd bokep lagu bajakan di mana 1 CD bisa berisi 100 lagu lebih, walaupun anda bakal menemukan 1 lagu dikopi 4 sampai 5 kali atas nama albumnya yang beda2.

2. Autisme
Dalam satu hari, saat di mana gua nggak ada di depan komputer mungkin cuma waktu mandi, makan, tidur. Tidak ada acara ngamen dari kamar kos ke kamar kos lagi di sini. Karaoke? Mahal dan biasanya acara2 begituan bakal kena veto oleh oknum2 tidak bertanggung jawab.

3. Iklan
Gua memang nggak pernah nyari lagu sendiri tapi selalu mengandalkan iklan dari orang2, tidak ada iklan berarti tidak ada lagu baru yang gua tahu.

4. Mungkin satu kata yang paling tepat “kondusivitas”
Hmm.. yah, situasinya nggak kondusif gitu. Titik, no further comment.

Lagu paling baru di komputer gua adalah ‘aku dan dirimu’ yang gua download setelah keranjingan nonton sinetron yang memakai lagu itu waktu gua balik Indo. Selebihnya, lagu2 lama yang gua download lagi. Tapi ya gak apa2, toh gua masih tahu kalau ada grup band yang namanya “smash” yang benar2 pengen gua smash lagunya. Mungkin nanti gua jadi bisa menikmati lagu2 yang diputar para supir angkot di tempat gua kelak, karena selera musik kami sudah setara, 10 tahun lagi, saat mereka memutar lagu2 Sheila on 7 atau mungkin malah gua yang bilang ke supir angkotnya, “Mas, ini lagu baru ya, saya belum pernah denger. Judulnya apa ya?

Sekian.

Monday, February 28, 2011

Es potong Singapur

Di lampu merah depan Taka bagian ujung, di sekitar patung singa, di belakang Bugis Street, di deket parkiran sepeda Boon Lay MRT, di jalanan kecil belakang gereja katolik di Boon Lay, di lorong2 ‘ganjil’nya Geylang, terkadang di lapangan basket deket rumah kalau lagi beruntung. Lalu apa kesamaan dari tempat2 ini di mata anda? Di mata gua, kesamaannya adalah saya bisa melihat sesuatu yang indah khusus lorong ‘ganjil’nya Geylang, ada bonus hal ‘indah’ lainnya . Bagi lidah gua artinya tersaji makanan lezat yang enak disantap kala suhu luar di atas 30 derajat akibat pemanasan global. Bagi dompet gua, hal ini berarti berkurangnya uang logam sedolar, dan bagi perut gua, artinya diet gua hari ini gagal.

Inilah hidangan pertama gua kala gua pertama kali menginjakkan kaki di Orchad, sebelum akhirnya menuju ke foodcourtnya Taka untuk beli nasi goreng (dan berkomentar sendiri, aduh, jauh2 ke Singapur kok makannya nasi goreng, ini sih di depan rumah juga malem2 suka lewat). Begitulah pertama kali gua berkenalan dengan yang namanya es potong, si little miss trobule menyebutnya ‘es potong singapur’, si orang medok menyebutnya ‘es krim uncle’, sesuatu yang mungkin akan menjadi dagangan yang wajib ada di depan sekolah kalau di Indo.

Ada lagi, tidak seperti es tung2 yang rasanya seragam, biaanya hanya ditambah irisan buah nangka yang selalu gua buang, di sini rasanya bermacam2, dan dapat dipilih sesuai selera. Favorit gua chocolate chips dan mocca (terkadang beli yang blueberry, yang chocolate menurut gua ngga seberapa enak. Big no buat rasa duren). Dilengkapi dengan sehelai roti dan selembar plastik demi kebersihan karena orang Singapur ga doyan sama kuman.

Dan tahukah anda, gua dulu pernah jalan2 ke orchard hanya demi beli makanan ini, meskipun kemudian menjadi jinak akibat ketersediaan es murah 2 dolar dapet 3 di prime atau shengsiong. Dan tahukah anda, di suatu hari para peserta amazing race pernah jadi tukang dagangnya di daerah Bugis sono dan juga kalau uncle2 itu ternyata diorganisir oleh sindikat mafia yang berkantor pusat di Pasar Klewer di bawah pimpinan seorang geje tetangga sebelah.

Anda boleh bilang gua orang aneh, maniak es potong, padahal di supermarket deket rumah aja ada jual, kenapa gak mau beli sendiri.. well, tapi memang kalau uncle2 yang bikinin itu pasti ada yang BEDA! Percayalah, lagipula saya ingin menyumbang kepada sindikat tetangga sebelah itu. Dan setelah sekian lama tidak merasakan kenikmatannya, akhirnya kemarin, dengan patung besar di daerah Bugis (entah patung siapa itu) sebagai saksi bisu, gua bisa membeli dan menikmatinya kembali. Es potong singapur, buah karya uncle2 (yang rada jorok, karena kemarin gua ngga dikasih plastik). Well, bagi pemegang KTP biru keluaran NKRI seperti gua, berani kotor itu baik (seperti yang selalu didengungkan oleh Rinso) dan semakin kotor, semakin enak. Dan memang benar, tekstur dan kelembutannya, rotinya, dinginnya, rasanya.. It is simply PERFECT :)

Sekian.

Saturday, February 26, 2011

Bang SMS

Ada untungnya juga gua setia dengan HP Nokia gua yang berbentuk buka tutup ini. Setelah pernah bermasalah karena sering ngehang, mungkin karena M1 terlalu pelit untuk masang pemancar di tempat kerja gua sehingga 2 tahun pertama gua terisolir dari dunia luar begitu masuk ke tempat itu, tapi tidak pernah ada masalah dengan HP Nokia gua dalam hal menyimpan SMS, apapun itu, karena terkadang ada SMS khususnya dari lawan jenis yang terlalu ‘sayang’ untuk dihapus.

Namun godaan itu muncul setelah mendapat kerjaan baru, ditambah orang2 di lingkungan yang dipenuhi aura menghabiskan uang akhirnya gua membeli HP baru, si Android yang ternyata terlalu canggih buat gua pakai. Demi melanjutkan hobi gua, gua menyalin semua SMS dari HP lama gua. Tapi belum sampai 2 bulan gua nikmati, suatu bug yang tidak bertanggung jawab datang dan melenyapkan semua isi SMS gua, sehingga inbox gua kosong melompong. Tidak! Sesuatu yang Cuma pernah terjadi waktu gua beli HP baru.

Lalu, sebenarnya tidak ada curhat yang penting atau kisah baru menarik, baik dari preman Solo yang baru genap seperempat abad kemarin ataupun dari orang-orang lainnya. Gua hanya mencoba menyalin kembali beberapa SMS yang masih ada di HP Nokia lama gua tercinta, yang sudah dilenyapkan oleh sang ‘kutu’ sehingga gua masih bisa membacanya nanti. Buat kalian yang merasa mengirim SMS ini, terima kasih. (dan semoga gak keberatan kalau gua publish). Masih tersimpan dengan rapi lho.. Ok.. here we go:

----------------------------------------------------------------------------------------------
Ancur.. Jd ceritanya lu ge er bukan barusan. Huahaha.. G kan biasanya bukan jutek,g kan orang baik. Hanya sahaja suarany besar. Wakakak
=25 Mar 2008, setelah gua tanya kok tadi gua telpon suaranya kecil banget=

Thx! Sori br ada pulsa. Ttg yg momoko di koinu, mana gw tau yg mana momoko! Target utamanya kan cm kon2. Rusak benar2 pedofil dia!
=2 Okt 2008, kesan dan pesan dari film Koinu Dan no Monogatari=

Hahaha. Ada yg br ya? Baca dl ah, blog km itu sangat menghibur sy, apalg klo menghujat org itu. Iya mungkin dia tau jg klo kita slalu hujat dia.
=18 Apr 2009, setelah gua post “A nice and good hearted Korean man”=

Hah? Kok bisa dr jalur kuning? Lu kan ga tinggal disana,dun tell me sngaja ke sono? Gw di jalur ijo. Gw tgu lu di jp d.gw mao jln2 dulu di jp.tar ksh tau klo smp
=30 Mei 2009, sebelum barbeque housewarmingnya anak2 685B=

Hoho.. Sms pagi2 membangunkan org tdr aja lu.mana oleh2 buat saya?tp saya tdk kangen sm anda tuh.kucing saya jg tdk.hahaha.
=7 Sep 2009, setelah gua mendarat di Changi abis kabur ke Seoul=

Aduh rusak! Yang Acchi muite hoi?! Katanya ga suka maruko no neechan?
=13 Nov 2009, setelah nonton “10 Promises to my dog=

Payah..cowo yg tdk jantan lu ah. Masak anak cewe kecil disuruh dtg nemenin nonton yg beresny tengah mlm,disuruh plg mlm2 sdiri.kan saya takutt.
=19 Nov 2009, waktu ngajakin nonton midnight movie “Up” di JP=

Huahuahua. Mungkin jg. Parah, mlm2 malah mikirin phd comic, bknnya krj. Km khan blom 12 taun phd,jd msh smangat blum pengen libur
=14 Des 2009, setelah diskusi mengenai interpretasi salah satu PhD comic=

Hahaha,lu traktir g makan di mayim d.ntar g traktir makan kfc.
=8 Jan 2010, setelah gua komplain karena nasi goreng di resto sono ga enak=

Emang tua!! Jgn byk maunya loe!
=30 Apr 2010. menjelang saling mengucapkan selamat ultah=

Gila gpa gua dihargai kopi doank.. zlebs
=27 Mei 2010, negosiasi kompensasi akibat buruk dari novel geje gua=

Iiih ogah gua menelin loe,buang tenaga.. Loe lebih menel
=6 Agt 2010, penolakan yang menyakitkan :) =

Btw,budget terminal lmyn loh.ga lux tp bersih.ada kopitiamnya
=15 Okt 2010, satu2nya pujian yang gua tahu tentang budget terminal, ada orang lain yang bilang budget terminal mirip Radin Intan II=

I will never eat indian food anymore! Haha,. Kecuali uda die2 mau mati kelaparan baru dipertimbangkan de.. =p
=29 Sep 2010, setelah gua promo Indian Curry House di daerah East Coast=

---------------------------------------------------------------------------------------------

Sekian.

Saturday, February 12, 2011

Nagging Rhapsody

Kata orang di dunia ini ada dua jenis orang. Jenis pertama adalah orang yang membawa kebahagiaan ke manapun mereka pergi, yang satunya lagi, kapanpun mereka pergi. Lalu gua termasuk jenis yang mana? Silakan anda sendiri menilai namun gua cukup yakin, kalau penilaian itu akan sama dengan penilaian gua terhadap anda, maksudnya kalau anda mengangap gua jenis yang pertama, kemungkinan besar gua juga menganggap anda orang jenis pertama dan sebaliknya. Mengapa? By nature, gua merasa bahwa semua tindakan, tingkah laku gua adalah sebuah reaksi. Gua bakal jadi medok kalau ngomong sama orang medok (sehingga terkadang mencoba sering ngobrol dengan tetangga sebelah kantor yang orang Inggris, biar aksen gua jadi British), hormat dengan orang yang menghargai gua, geje sama si tukang geje sama gua, menel sama orang yang menelin gua .

Bukan contoh yang baik, karena waktu kecil dulu, gua pernah diajari kalau Tuhan Yesus berkata “Apabila ditampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu ditampar”. Namun guru SD gua memberikan suatu tambahan yang sampai saat ini masih gua ikuti, “tapi kaki nendang.” Karena itu kalau anda nanya gimana kelakuan gua, hampir pasti orang2 di sekeliling gua bakal bilang gua orang galak, tidak berperikemanusiaan dan perikeadilan.

Well, memang, by nature, gua adalah tipe orang yang gak akan memperlambat langkah saat berjalan di jalanan kecil dan melihat empat orang berjalan berjejer menutupi jalan dari arah berlawanan. Gua adalah orang yang suka memberikan sumpah serapah buat supir bis yang ninggalin gua walau sudah melihat gua berlari sekencang2nya menuju halte (dan gua mungkin orang yang paling senang kalau kejadian yang sama menimpa orang lain dan gua ada di dalam bis).

Gua mungkin dibesarkan bukan di tengah keluarga raja, tapi di keluarga biasa yang selalu dijadikan alas kaki para raja (dari lagu \Rif, Radja). Dan mungkin sedari kecil gua bertekad tidak mau menjadi seperti itu lagi atau naik pangkat sehingga gua benar2 seorang penjilat yang buruk dan sukar memuji jadi kalau gua bilang preman solo di sebelah itu ganteng, itu karena menurut gua dia benar2 ganteng . Maka tatkala gua mendapat tawaran menjadi seorang budak student dengan gaji singapur dolar, gua menerimanya tanpa berpikir panjang. Gua juga minta maaf kalau jiwa sosial gua kurang, meskipun seorang teman telah membanjiri renungan harian setiap hari yang umumnya mengajak kita untuk saling menolong, tapi sulit buat gua, mungkin karena gua sering menganggap menolong = menjadi alas kaki sehingga gua membatasinya untuk menolong seseorang yang ‘membayar’ gua alias my boss, ‘he has the authority on me’. Contoh lain, free food (gua sering bilang, ‘well, karena gratis jadi gua gak punya hak buat komplain’) dan anda bisa tahu gimana sebenarnya kualitas free food itu.

Sebenarnya gua bukan sama sekali gak mau menolong, gua senang menolong, tapi tentunya bukan hal yang berlebihan kalau gua berharap pernyataan minta tolong itu diakhiri dengan titik atau tanda tanya, bukan tanda seru. Gua rasa juga bukan hal yang berlebihan kalau gua yang menentukan gimana cara gua mau menolong (Misal: Eh, lu nggak ada kerjaan kan, bantuin gua pindahan dong, barangnya belum gua pack sih, Ntar kalau lu ada kardus2 gitu bawa ya, buat packing, terus kita pindahan, jalan kaki aja, gak jauh kok, cuma 3 bus stop. Lu juga udah biasa jalan kan? Lalu saat pindahan ada kata2 ini “Ah, elu sih gak bawa kardus, jadi kan kita mesti bolak balik”).

Hal lain yang gua pelajari dulu adalah kata2 ini “Man of his words”, dan gua selalu berusaha untuk menjadi salah satunya. Namun kata2 itu memiliki kekurangan besar yaitu hanya mencakup separuh populasi bumi. Gua semakin merasa bahwa pencetus kata2 itu adalah golongan separuh populasi bumi lainnya. Satu contoh jelas adalah OTP, on time performance yang banyak ditampilkan di situs airline. Well, gua kadang merasa dalam kehidupan manusia, OTP hanya ada pada golongan yang terikat kata2 tersebut, di mana gua salah satunya (karena itu juga gua semakin yakin bahwa preman solo itu adalah ‘man’ karena he she is indeed MAN of his her word. Entahlah, mungkin gua orang nganggur yang punya banyak waktu luang juga. Entahlah, setiap orang memang ada masalahnya sendiri2.

Gua tahu gua bukan orang baik juga, gua nggak bersihin rumah sesuai jadwal ibu kos gua *ups. gua gak bilang ke si OI bos gua itu kalau gua nggak bisa ketemu kemarin gara2 gua mau nyari makanan gratis di tempat bos baru gua sampai beberapa menit sebelumnya. Mungkin yang gua bilang berlebihnan, mungkin orang lain bertindak juga berdasarkan cara gua bertingkah laku dengan mereka, seperti yang gua bilang tadi. Who knows?

Sekian.