Wednesday, April 27, 2011

Laggers

Eh, lu punya lagu2 Indo nggak? Ini ada temen (dari negaranya Mao Tsetung) yang minta lagu2 Indo, kira2 gua kasih lagu apa ya?”

Dan pertanyaan itu mengingatkan gua kalau lagu Indo yang sedang gua dengarkan saat itu populer pada waktu gua ada di kelas 1 SMP.. “Bermimpi”, dan begitulah perenungan ini dimulai.

Di daerah asal gua, para supir angkot memiliki selera musik terbaik, tidak kalah dengn anak2 gaul waktu itu. Sound system super besar yang mengurangi kapasitas angkot mereka sebanyak 2 penumpang dimiliki oleh hampir separuh angkot di sana. Lagunya? Hanya ada dua menu, pertama lagu2 dugem belakang Untar macam “rain and tears” yang kemudian jadi soundtracknya Trio Macan atau lagu2 yang pernah tenar saat Solo masih berstatus Kerajaan (sekarang juga masih sepertinya) seperti lagu2nya Ebiet G. Ade atau Pance Pondang. Namun jangan salah, supir angkot ini sangat profesional, meskipun music berbunyi keras, dia masih dapat mendengar suara kecil dari penumpang yang bilang “Kiri, Bang”, jadi, anda nggak perlu takut untuk naik angkot di sana.

Khusus rute angkot favorit gua, lagu jenis kedua yaitu lagu2 jaman Kerajaan Solo jauh lebih populer. Maka dulu gua suka bilang, ada “lag time” kurang lebih 20 tahun antara kepopuleran sebuah lagu dengan kepopulerannya di dalam angkot ini. Jadi lagu2 milik Base Jam atau Stinky bakal populer kira2 10 tahun lagi, dan Samson atau Letto harus menunggu 20 tahun lagi sampai lagu2nya bisa diputar di sini. Namun sekarang gua harus mengakui kalau ‘lag time’ gua soal lagu mulai meningkat dan semakin lama semakin mendekati, bahkan suatu saat mungkin bisa melampaui para supir angkot ini. Karena itu gua mau coba menganalisa penyebabnya, dan setelah sedikit direnungkan, maka kira2 inilah biang keroknya.

1. Perpisahan dengan Glodok
Satu hari setelah lebaran 2006, gua resmi menjadi WNI yang tinggal di luar negri. Di sebuah negara di mana tidak ada satupun warung atau orang yang menjual permen karet dan CD bajakan. Tidak ada tempat bernama glodok yang penuh dengan vcd bokep lagu bajakan di mana 1 CD bisa berisi 100 lagu lebih, walaupun anda bakal menemukan 1 lagu dikopi 4 sampai 5 kali atas nama albumnya yang beda2.

2. Autisme
Dalam satu hari, saat di mana gua nggak ada di depan komputer mungkin cuma waktu mandi, makan, tidur. Tidak ada acara ngamen dari kamar kos ke kamar kos lagi di sini. Karaoke? Mahal dan biasanya acara2 begituan bakal kena veto oleh oknum2 tidak bertanggung jawab.

3. Iklan
Gua memang nggak pernah nyari lagu sendiri tapi selalu mengandalkan iklan dari orang2, tidak ada iklan berarti tidak ada lagu baru yang gua tahu.

4. Mungkin satu kata yang paling tepat “kondusivitas”
Hmm.. yah, situasinya nggak kondusif gitu. Titik, no further comment.

Lagu paling baru di komputer gua adalah ‘aku dan dirimu’ yang gua download setelah keranjingan nonton sinetron yang memakai lagu itu waktu gua balik Indo. Selebihnya, lagu2 lama yang gua download lagi. Tapi ya gak apa2, toh gua masih tahu kalau ada grup band yang namanya “smash” yang benar2 pengen gua smash lagunya. Mungkin nanti gua jadi bisa menikmati lagu2 yang diputar para supir angkot di tempat gua kelak, karena selera musik kami sudah setara, 10 tahun lagi, saat mereka memutar lagu2 Sheila on 7 atau mungkin malah gua yang bilang ke supir angkotnya, “Mas, ini lagu baru ya, saya belum pernah denger. Judulnya apa ya?

Sekian.