Wednesday, February 01, 2012

Seorang preman dari Solo

Tahun baru, well, buat gua dari dulu memang nggak pernah identik dengan sesuatu yang baru, baik yang berupa materi ataupun yang bukan Semuanya berlalu seperti biasa saja, terasa tidak berkesan. Tapi khusus tahun baru ini, karena nasihat tetangga kamar yang juga pecandu KFC , gua dianjurkan untuk men-settle semua masalah, seperti melunasi hutang atau janji plus memberesi semua masalah yang ada. Jadi, memasuki tahun baru itu harus seperti kertas kosong, bersih, meskipun kertas itu hasil daur ulang yang memang sudah gak bisa putih lagi (mungkin itu gambaran yang tepat buat gua).

Kini tahun baru itu telah berlalu dan sudah saatnya kertas itu dicorat-coret lagi. (oke analoginya cukup sekian), intinya, setelah tahun baru yang damai berlalu, saatnya memulai kembali mencari masalah dengan orang lain, dan tempat mana lagi yang lebih bagus untuk mulai ketimbang dari “preman solo” tetangga sebelah yang memang sudah sering menjadi objek dan sumber inspirasi dari tulisan2 yang ada di blog gua.

Selama gua nulis blog sudah banyak gua menyebut tentang orang yang satu ini, tapi gua baru sadar kalau selama ini gua belum pernah mendedikasikan satu blog pun buat dia. Jadi sekarang gua bakal memperkenalkan yang bersangkutan secara khusus.

Pertama kali gua ketemu sama sang preman ... errr.. lupa entah di mana, justru gua inget rumet gua pernah bilang kalau pertama kali ketemu orang yang bersangkutan di suatu ruangan terbuka di bekas gedung tempat gua kerja sambil disiksa di lantai Basement 1. Hal pertama yang gua ingat adalah menemani yang bersangkutan makan siang bersama dengan beberapa orang sembari membicarakan rencana jangka panjang masa depan untuk buka warung setelah lulus. Sesuatu yang sampai sekarangpun masih diingat dengan jelas oleh sang preman, mungkin karena hal tersebut sangat berkesan (lho namanya mau buka warung, ya si preman harus dibaik2in dulu la.. biar nanti kalau buka warung, warungnya aman).

Hari berganti bulan, sang preman yang semula bermarkas di dalam kampus ternyata diusir keluar berhubung mengganggu keamanan di dalam kampus mau ada Youth Olympic sehingga markasnya mau dipakai. Dan gua pun sempat ikut membantu dan mencari markas baru untuk sang preman, dan sempat berpikir untuk bergabung juga di dalam markas itu (dengan pertimbangan rumah aman). Namun rencana itu akhirnya gagal terlaksana karena ada orang yang menyelenggarakan IT Fair pada waktu yang tidak tepat, dan akhirnya uang yang sudah gua kumpulkan dengan susah payah biar bisa pindah rumahpun lenyap berganti sebuah kamera digital, dan gua nggak berani pinjem uang sama sang preman sehingga akhirnya rencana tersebut pun batal. Akibatnya pada saat housewarming rumah barunya yang ditandai dengan pesta barbeque, gua melarikan diri dengan alasan (apa ya..lupa) yang berakibat sang preman harus memikul karung berisi arang buat barbeque, yang sempat membuat gua mendapat peringatan keras dari seorang freak.. (ya gimana gak freak, orang preman yang bersangkutan aja ga peduli, ditambah gua yakin memikul karung segitu gak ada masalah buat dia).

Ada satu hal yang membuat gua salut yaitu walaupun preman tapi dia masih menerapkan gaya hidup sehat bebas asap rokok, dengna menu makanan dipenuhi sayuran hijau, walaupun diperlukan waktu yang jauh lebih lama untuk makan sayuran itu dibandingkan dengan makan chicken cutlet di western food yang 100% sinful. Minuman favoritnya? Tidak diragukan lagi secangkir kopi dicampur susu kental manis yang disajikan hangat, terutama jika dilayani oleh seorang waiter ganteng asli asal lereng Gunung Sibayak. Hal lain yang membuat gua salut adalah kerajinannya dalam mengganti status di msn atau ym (meskipun tampaknya sudah lebih jarang sekarang), meskipun pada intinya statusnya sama seperti “ngantuk pagi2” pada jam 10, “ngantuk siang2” pada jam 2, dan “hoahmmm...” pada jam 7 malem.

Namun di samping “nature”nya sebagai preman, sang preman ini juga ternyata jago bermain piano, masih dilengkapi dengan kualitas suaranya yang nggak kalah sama Syahrini (mungkin juga dulu pernah ikut audisi KDI dengan membawakan lagu “Kalau bulan bisa ngomong”). Selain itu pembawaannya memang rendah hati, tidak sombong, sedikit gak jelas dan gemar menabung alias perhitungan , masih harus bersyukur karena pernah beberapa kali ditraktir kopi. Dan sang preman ini juga memiliki sisi feminim (karena memang dia cewek tulen, walaupun gayanya lebih gagah dari gua, dan terbukti sempat membuat sekelompok pria2 kesepian mencoba mendekati termasuk gua sendiri dan akhirnya hatinya tertambat pada seorang calon guru besar yang kini masih merintis jalan ke sana dengan menjadi peternak bakteri di tempatnya bekerja.

Dan akhinrya kini sudah lebih dari 3 tahun gua berkenalan dengan sang preman itu dengan segala suka-dukanya, mulai dari makan siang bareng di bawah komando ibu kos hingga naik MRT yang mogok di tengah terowongan (untung gak sampai harus jalan kaki), dan sang preman kini tinggal 11 bulan lagi menuju saat dimana kpekerjaan sampingannya di sini akan selesai dan dia harus memutuskan apakah akan kembali menjadi preman yang berkelana di dunia hitam atau kembali ke jalan yang benar untuk menjadi orang baik, syukur2 menjadi peneliti demi kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia demi menebus sisi kelamnya di masa lalu saat masih berada di dunia hitam bersama preman2 yang lain, atau.. ikut kami membuka warung? Entahlah, kita lihat saja nanti.

Sekian.


Monday, September 12, 2011

September 11

Sinar matahari senja sudah mulai kalah terang dengan sinar bulan purnama yang sudah tampak tinggi di atas langit. Itulah pertanda alam yang menyiratkan kalau perutku sudah saatnya diisi. Lihat saja, begitu saraf2 mataku melaporkan kepada otak tentang keadaan itu, saat itu juga saraf2 di perut langsung mengirimkan sinyal ke otak yang kemudian diterjemahkan menjadi kata “lapar.. lapar...” Seketika itu juga keluarlah perintah otak untuk keluar dari tempat peraduanku dan mencari orang yang beberapa saat yang lalu mengatakan 2 kata yang saat itu nyaris tidak aku pedulikan “KFC yuk!”

Kurang dari 10 menit kemudian, aku sudah ada di dalam perjalanan untuk mengikuti perintah perutku yang masih senantiasa berteriak kelaparan itu. Aku menerobos jalan dengan cepat, tanpa mempedulikan 2 orang auntie2 yang sedang bagi selebaran dan lampu merah yang melarangku menyeberang karena saat itu masih giliran orang2 di dalam mobil untuk lewat. Menjelang tempat makan, suasana masih ramai, aku kembali menyelipkan diri di antara orang2 yang sedang ngantri buat naik taksi, namun akhirnya perjalananku terhalang seorang ibu dan anak kecilnya yang benar2 menghabiskan seluruh badan jalan yang ada. Well, bukan karena ukuran mereka, tapi karena memang di sana seang ada ‘pasar kaget’ menyambut mid-autumn festival di mana bagian tengah2 jalan tiba2 tertutup untuk para penjual kue bulan. Ahirnya gua hanya bisa berjalan dengan kecepatan kurang dari 30% kecepatan maksimumku tepat di belakang si ibu2 tadi. Akhirnya, dengan sedikit kesempatan, keberuntungan, dan kegalakan, kedua ‘penghalang jalanan’ itu berhasil aku lewati dan dengan segera aku berbelok kanan masuk ke tempat tujuan.

Kini aku sudah berada di dalam KFC. Aku hanya perlu menuju ke arah kasir dan makanan untuk mengisi perutku akan segera tersedia. Namun masalahnya, antrian di keempat kasir yang ada di sana sudah mengular belasan meter jauhnya. Dengan kurang sabar, aku pun mulai mengantri di sana (yah, mau bagaimana lagi kan?). Aku lihat orang2 di antrian sebelah depan, ada gerombolan anak2 kuliahan yang sedang mainan hp (hmm.. orang2 seperti ini biasanya cepat, pesen buat diri sendiri kayak gua), ibu2 dengan anak kecil (wah, mudah2an anak kecilnya ga rewel minta ini-itu), OB... (cepat, kecuali kalau menjelang kasir tiba2 5 orang temannya dateng nyeruduk nyerobot barisan gua), bapak2 sendirian (hmm, take away buat seluruh keluarga berhubung istrinya ngga masak hari ini). Tapi tetap saja, panjang.. estimated queuing time: 15 minutes!). Perutku harus bersabar 15 menit lagi, kalau semua berjalan dengan lancar.

Akhirnya, tibalah giliranku, seperti biasa aku memesan 2 potong ayam, 2 kentang, yang biasa dan yang sudah diblender, dengan coca cola, benar2 menu yang disarankan bagi orang2 yang sedang diet. Dengan hati berdebar aku menunggu pesananku datang. Segera, pesanan itu sudah siap untuk kubawa ke meja dan kusantap, memuaskan dahaga perutku. Tapi, tunggu.. satu.. dua.. tiga.. lho, kok ayamnya ada tiga potong? Apa ini punyaku? Aku tunggu sebentar, tidak ada yang mengambil, orang yang tadi di depanku sudah pergi, yang di belakang masih ngobrol sama kasirnya, berarti, ini punyaku. Lha, kok bisa? Tiba2 kasir itu melirik struk yang ada di nampanku, “Wah.. bakalan diganti nih” pikirku. Ternyata, dia hanya melihat. Tidak melakukan apa2. Segera dengan cepat tanpa ragu2 aku ambil nampan itu dan kubawa ke meja.

Aku pun sudah siap berpesta, 1 dada, 1 paha atas, 1 paha bawah, benar2 akan merusak diet yang sudah kujalani selama ini dengan setengah hati. Manusia di depanku berinisiatif menyembunyikan struk itu di bawah nampannya, 2 orang anak kecil yang duduk di sebelahku langsung memasang tampang tak percaya, walaupun sebenarnya tidak ada yang aneh dengan itu kan? Aku tatap lagi apa yang ada di atas meja, ayam oreng, 3 potong untuk dihabiskan, kentang, coca cola, wew.. Perutku dijamin puas dan nggak akan ribut2 lagi.

Aku mulai makan dengan lahap. Satu.. dua... ti.. Wah, ternyata tangan orang di sebelah lebih cepat, jadi potongan ayam yang ke-3 langsung disambarnya tanpa basa-basi. Antara senang dan dongkol, senang karena ada kemungkinan dietku tidak rusak2 amat, dan sepertinya aku sudah tidak akan mampu lagi makan potongan yang ke-3 dan dongkol karena ayam gratis yang kudapat dengan susah payah, entah karena kesalahan orangnya atau sebagai hadiah atas kesetiaanku mempromosikan KFC selama ini kepada orang2 di sekitarku, entahlah. Kenyataan yang ada adalah drumstick itu.. kini telah berpindah tangan ke sebelah. Oh iya, apa aku pernah bilang? Kedua orang anak kecil di sebelahku yang menatapku dengan tidak percaya itu tidak tahu peristiwa ini. Mereka sudah pergi duluan, saat melangkah keluar pun, tatapan mereka masih tak beralih, kepada seseorang yang sedang berhadapan dengan 3 potong ayam KFC.. Hei.. nothing wrong with that okay. You can’t sue me because of it!”

Akhirnya, aku hanya makan 2 potongan ayam besar, dan perutku kini tidak lagi mengirimkan sinyal “lapar,” dan sinyalnya kini berganti menjadi “sakit.. sakit..” Entah apa maunya perutku itu, tapi yang pasti, pagi2 buta keesokan harinya, perutku mengalami komplikasi yang memaksa otakku membangunkanku yang masih tertidur dengan enaknya dan gak bisa tidur lagi setelah itu sampai sinar matahari pagi muncul dan semakin tinggi yang menandakan aku harus segera kembali bersiap2 kembali ke kehidupan nyata. Yah, sudah hari senin. Saatnya kembali merasakan kelam dan kejamnya hidup di dunia ini.

Sekian.

PS: Pelaku dalam post ini bukan gua, gua hanya seorang reporter..

Friday, September 02, 2011

Mesmerized

Buat kebanyakan orang, kata Bahasa Inggris ini mungkin terdengar sangat tidak familiar karena selama ini gua tidak bisa menemukan artinya di kamus Bahasa Inggris manapun, meskipun akhirnya gua bisa menemukan di internet. Kami, gua dan beberapa ‘comrades’ yang biasa menghabiskan waktu ngeslack dengan ngopi sambil ngobrol2 gak penting bak pegawai negri, telah berhasil menemukan kata baru dalam Bahasa Inggris, yang sementara hanya dipakai di kalangan terbatas, namun semoga bisa dengan cepat tersebar luas. Kata itu adalah: MESMERIZER. Menurut www.thefreedictionary.com, arti kata ini adalah “a person who induces hypnosis.” Dengan ini, kami menyatakan telah menciptakan definisi baru bagi kata ini yaitu “A person who mesmerizes.” Dalam bahasa Indonesia “Orang yang membuat anda terpesona.”

Cerita ini kembali bermula dari sebungkus kopi sachet Nescafe. Alkisah seseorang membawanya ke pantry. Tiba2 di tengah jalan: “Eh, gua punya kopi nih, lu mau ga? Kalau mau ini gua kasih lu aja deh.” “Yang bener?” si ‘mesmerizer’ menjawab. “Iya, ambil aja. Gua punya banyak” jawabnya. “Wah, oke terima kasih banget ya.” Kata si mesmerizer yang juga menjadi ‘mesmerized’ itu sehingga mundur beberapa langkah dan menginjak kaki GUA! Cerita berlanjut, setelah sampai di tempat tujuan, yaitu ‘pantry’ orang ini tiba2 bilang “Lho, mana kopi guaa????” Yang gua jawab dengan bingungnya “Lho, kan lu kasih dia tadi!” Sejak itulah kami menjuluki orang ini ‘the mesmerizer.’

Lho, lalu memang siapa dia? Seorang cewek, sudah jelas, karena kita semua masih manusia normal. Dengan suara nyaring bak bunyi dering telepon jaman dulu yang selalu berbunyi tanpa henti, perawakan yang agak mungil seperti ibu kos rumah sebelah (tapi ukuran bajunya nyaris sama dengan ukuran baju gua!), rambut rada ikal bak indomie goreng keriting, dan gaya busana yang membuat gua tidak mencium sedikitpun aroma ‘phd’ yang seharusnya keluar dari kepalanya. Memang sejak kedatangannya, tepatnya setelah kejadian ‘mesmerization’ (lihat definisi di paragraf berikut) itu, suasana di sekeliling memang menjadi lebih meriah.

Tapi waktu peristiwa ‘mesmerization’ ( ‘an act of mesmerizing people, either intentionally or not’ atau ‘tindakan untuk membuat orang terpesona, baik disengaja ataupun tidak’) itu, gua nggak pernah menyangka kalau hal itu bisa menular, artinya kalau satu orang ‘mesmerized,’ maka orang2 yang lain bisa ikut2an ‘mesmerized’ juga termasuk gua, yang sekarang sudah mulai agak2 ‘mesmerized’ yang sudah terbukti dengan tumbuhnya keberanian untuk melancarkan kata2 gombal gak jelas yang baru gua sadari kemudian, yang artinya sewaktu tindakan itu dilakukan, gua nggak nyadar kalau gua sedang GOMBAL.

Untungnya, ‘mesmerized’ gua bisa cepet sembuh dan tidak merambat ke mana2, meskipun kalau dilihat2 orang ini memang memiliki modal untuk menjadi seorang ‘mesmerizer’ dengan modal seperti yang gua sebut tadi. Ditambah ‘mesmerization’ yang dialami oleh orang2 di sekitar gua yang membuat gua terkadang berpikir untuk bertukar tempat duduk agar bisa duduk tepat di sebelahnya, yang tentu saja tidak berhasil karena orang yang duduk di sebelahnya juga sudah terjangkit wabah ‘mesmerized’ itu. Tapi yah nggak apa2, karena kalau wabah itu kumat lagi, mungkin akan bisa berbahaya buat gua. Biarkanlah gua hanya ‘mesmerized’ dari jauh karena terbukti ‘mesmerization level’ itu berbanding terbalik dengan jarak.

Ah, if only she knew that she has mesmerized me to that extent.

Sekian.

Wednesday, June 08, 2011

WC Umum

Untuk soal pekerjaan, mungkin salah satu kerjaan yang paling enak terutama buat para Cina itu adalah wiraswasta. Jadi bos atas diri sendiri, nggak ada bos yang dengan setia ngatur dan marah2, malah sebaliknya kitalah yang menjadi si pengatur dan tukang marah2 itu. Tetapi yang namanya kerja, ya ada untung ruginya juga, pertama kerjaan begini perlu modal, kecuali anda lahir di keluarga yang hartanya gak habis dimakan 7 turunan, ini bakal jadi masalah utama. Kedua, ya itu, harus kerja keras dalam jangka waktu yang lama. Beda dengan kerjaan sekarang di mana kalau ngeslack dampak utamanya ya kena marah, di sini kalau ngeslack berarti ga dapet uang, simpel. Dan factor waktu juga yang bikin kebanyakan wiraswasta sukses itu sudah mendekati usia senja, istilahnya muda kerja paksa tua kaya raya, sedikit berbeda dengan cita2 awal: muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga . Ketiga seluruh resiko harus ditanggung sendiri, kalau bangkrut dan bernasib seperti keluarga cemara, ya mau bagaimana lagi. Keempat, tentu saja berurusan dengan orang2 dunia hitam seperti kepala preman yang berdomisili di blok 685B itu .

Meskipun demikian karena Cina bukan berarti gua nggak pernah berpikir jadi wiraswasta, pekerjaan termudah: jaga warung. Masalahnya: warungnya nggak ada. Lalu untuk mulai ada satu pertanyaan besar: warung apa yang harus dijaga biar bias untung besar, gak perlu kerja keras, dan akhirnya bias punya harta cukup buat 7 turunan. Well, seorang teman pernah bilang, jualan yang paling menguntungkan dan hal2 seperti di atas dapat tercapai dalam waktu kurang dari setahun itu cuma dua: narkoba dan cewek. Paling menguntungkan dan paling besar resikonya. Dan karena salah satu komponen cita2 gua adalah “mati masuk surga” maka pilihan ini tidak pernah gua pikirkan untuk dicoba.

Pilihan lain, buka toko elektronik atas saran dari seorang tetangga sebelah yang orang tuanya sukses membuka toko elektronik di Indo, sayang anaknya terjerumus cinta dengan seorang Korea dan sempat terperangkap dalam dunia phd meskipun akhirnya bisa melarikan diri . Well, tapi pastinya modalnya besar dan apa yang gua punya sekarang nggak akan cukup sehingga terpaksa masih harus berkutat lagi di dunia ‘riset’ untuk menambah modal. Ide sudah ada, bikin toko elektronik swalayan, ada jasa delivery dan barangnya disusun seperti di IKEA, sehingga semua orang dari pintu masuk sampai ke kasir melewati semua jenis barang elektronik yang ada, ibarat berjalan di museum, satu lajur saja. Di depan ada tukang jual makanan, terutama bakso (pakai mie, bukan selai stroberi biar gak dituntut karena ikut2an IKEA, lagian sepertinya gak akan laku). Menarik juga kalau dipikir2.

Pilihan lain yang sempat dipikirkan dengan serius beberapa bulan lalu, sesuatu yang akan lebih banyak berurusan dengan preman anak buah tetangga sebelah, yaitu juragan angkot. Hal ini sepertinya pernah dibahas di post sebelumnya, Mungkin yang menjadi inspirasi adalah sinetron “Angkot Haji Imron” waktu jaman gua masih “muda” dulu. Hanya dengan 6 angkot, bahkan salah satu keneknya budeg, bisa survive. Modal seharusnya lebih sedikit dari toko elektronik ditambah ini kan usaha bersama dengan para calon pemegang saham lain, sehingga lebih feasible. Sayangnya angkot udah terlalu banyak, kalau anda ke sebuah kota yang bernama Bogor, anda bakal melihat di jalanan, dari 5 mobil yang melintas, 4 di antaranya angkot, dan hanya 2 angkot itu yang isinya penuh, jadi saingan sudah banyak.

Akhirnya, calon pekerjaan yang menarik muncul di kepala, apa itu? Bikin “WC Umum”. Hah? Yang bener aja lu? Iya, bener, kalau dipikir2 keuntungannya benar2 bisa dibuat list. Begini:
1. Ini panggilan alam, you have no other option.
2. Sering terjadi, anda beli TV, dalam 5 tahun ke depan belum tentu anda beli TV lagi, tapi kalau anda ke WC, 2 jam kemudian pasti udah kebelet lagi.
3. Mudah diurus, bahkan di Indo, seandainya anda bilang “kalau WCnya disiram, diskon 10%; bantu siram WC yang sebelumnya ga disiram diskon 20%”, niscaya itu WC gak bakal kotor2 amat.
4. Coba hitung, kalau buka 8 jam dan setiap jam ada 50 orang ke WC dengan ditarik biaya 1000 perak, dalam sehari anda dapat 400.000. Berarti omzet anda sebulan (kalaupun weekend libur) sekitar 8 juta. Dikurang ongkos bersihin, air, dan yang lainnya, niscaya 6 juta masih ada. Kalau WC anda punya 20 cabang, angka itu adalah 120 juta.
5. Untung itu bakal lebih gede kalau airnya anda daur ulang, bilang aja ‘ramah lingkungan’ dan nggak bakal ada yang komplain soal itu. (well, kalau anda mendaur ulang air cuci tangan ya gak perlu diumumin)

Dengan cara itu ditambah inovasi2 menarik, misal pasang speaker yang senantiasa menyetel lagu2 mellow, jualan tisu basah buat menambah penghasilan sepertinya menjadi bos WC umum bukan sesuatu yang mustahil. Tertarik?

Sekian.

Wednesday, April 27, 2011

Laggers

Eh, lu punya lagu2 Indo nggak? Ini ada temen (dari negaranya Mao Tsetung) yang minta lagu2 Indo, kira2 gua kasih lagu apa ya?”

Dan pertanyaan itu mengingatkan gua kalau lagu Indo yang sedang gua dengarkan saat itu populer pada waktu gua ada di kelas 1 SMP.. “Bermimpi”, dan begitulah perenungan ini dimulai.

Di daerah asal gua, para supir angkot memiliki selera musik terbaik, tidak kalah dengn anak2 gaul waktu itu. Sound system super besar yang mengurangi kapasitas angkot mereka sebanyak 2 penumpang dimiliki oleh hampir separuh angkot di sana. Lagunya? Hanya ada dua menu, pertama lagu2 dugem belakang Untar macam “rain and tears” yang kemudian jadi soundtracknya Trio Macan atau lagu2 yang pernah tenar saat Solo masih berstatus Kerajaan (sekarang juga masih sepertinya) seperti lagu2nya Ebiet G. Ade atau Pance Pondang. Namun jangan salah, supir angkot ini sangat profesional, meskipun music berbunyi keras, dia masih dapat mendengar suara kecil dari penumpang yang bilang “Kiri, Bang”, jadi, anda nggak perlu takut untuk naik angkot di sana.

Khusus rute angkot favorit gua, lagu jenis kedua yaitu lagu2 jaman Kerajaan Solo jauh lebih populer. Maka dulu gua suka bilang, ada “lag time” kurang lebih 20 tahun antara kepopuleran sebuah lagu dengan kepopulerannya di dalam angkot ini. Jadi lagu2 milik Base Jam atau Stinky bakal populer kira2 10 tahun lagi, dan Samson atau Letto harus menunggu 20 tahun lagi sampai lagu2nya bisa diputar di sini. Namun sekarang gua harus mengakui kalau ‘lag time’ gua soal lagu mulai meningkat dan semakin lama semakin mendekati, bahkan suatu saat mungkin bisa melampaui para supir angkot ini. Karena itu gua mau coba menganalisa penyebabnya, dan setelah sedikit direnungkan, maka kira2 inilah biang keroknya.

1. Perpisahan dengan Glodok
Satu hari setelah lebaran 2006, gua resmi menjadi WNI yang tinggal di luar negri. Di sebuah negara di mana tidak ada satupun warung atau orang yang menjual permen karet dan CD bajakan. Tidak ada tempat bernama glodok yang penuh dengan vcd bokep lagu bajakan di mana 1 CD bisa berisi 100 lagu lebih, walaupun anda bakal menemukan 1 lagu dikopi 4 sampai 5 kali atas nama albumnya yang beda2.

2. Autisme
Dalam satu hari, saat di mana gua nggak ada di depan komputer mungkin cuma waktu mandi, makan, tidur. Tidak ada acara ngamen dari kamar kos ke kamar kos lagi di sini. Karaoke? Mahal dan biasanya acara2 begituan bakal kena veto oleh oknum2 tidak bertanggung jawab.

3. Iklan
Gua memang nggak pernah nyari lagu sendiri tapi selalu mengandalkan iklan dari orang2, tidak ada iklan berarti tidak ada lagu baru yang gua tahu.

4. Mungkin satu kata yang paling tepat “kondusivitas”
Hmm.. yah, situasinya nggak kondusif gitu. Titik, no further comment.

Lagu paling baru di komputer gua adalah ‘aku dan dirimu’ yang gua download setelah keranjingan nonton sinetron yang memakai lagu itu waktu gua balik Indo. Selebihnya, lagu2 lama yang gua download lagi. Tapi ya gak apa2, toh gua masih tahu kalau ada grup band yang namanya “smash” yang benar2 pengen gua smash lagunya. Mungkin nanti gua jadi bisa menikmati lagu2 yang diputar para supir angkot di tempat gua kelak, karena selera musik kami sudah setara, 10 tahun lagi, saat mereka memutar lagu2 Sheila on 7 atau mungkin malah gua yang bilang ke supir angkotnya, “Mas, ini lagu baru ya, saya belum pernah denger. Judulnya apa ya?

Sekian.