Wednesday, February 01, 2012

Seorang preman dari Solo

Tahun baru, well, buat gua dari dulu memang nggak pernah identik dengan sesuatu yang baru, baik yang berupa materi ataupun yang bukan Semuanya berlalu seperti biasa saja, terasa tidak berkesan. Tapi khusus tahun baru ini, karena nasihat tetangga kamar yang juga pecandu KFC , gua dianjurkan untuk men-settle semua masalah, seperti melunasi hutang atau janji plus memberesi semua masalah yang ada. Jadi, memasuki tahun baru itu harus seperti kertas kosong, bersih, meskipun kertas itu hasil daur ulang yang memang sudah gak bisa putih lagi (mungkin itu gambaran yang tepat buat gua).

Kini tahun baru itu telah berlalu dan sudah saatnya kertas itu dicorat-coret lagi. (oke analoginya cukup sekian), intinya, setelah tahun baru yang damai berlalu, saatnya memulai kembali mencari masalah dengan orang lain, dan tempat mana lagi yang lebih bagus untuk mulai ketimbang dari “preman solo” tetangga sebelah yang memang sudah sering menjadi objek dan sumber inspirasi dari tulisan2 yang ada di blog gua.

Selama gua nulis blog sudah banyak gua menyebut tentang orang yang satu ini, tapi gua baru sadar kalau selama ini gua belum pernah mendedikasikan satu blog pun buat dia. Jadi sekarang gua bakal memperkenalkan yang bersangkutan secara khusus.

Pertama kali gua ketemu sama sang preman ... errr.. lupa entah di mana, justru gua inget rumet gua pernah bilang kalau pertama kali ketemu orang yang bersangkutan di suatu ruangan terbuka di bekas gedung tempat gua kerja sambil disiksa di lantai Basement 1. Hal pertama yang gua ingat adalah menemani yang bersangkutan makan siang bersama dengan beberapa orang sembari membicarakan rencana jangka panjang masa depan untuk buka warung setelah lulus. Sesuatu yang sampai sekarangpun masih diingat dengan jelas oleh sang preman, mungkin karena hal tersebut sangat berkesan (lho namanya mau buka warung, ya si preman harus dibaik2in dulu la.. biar nanti kalau buka warung, warungnya aman).

Hari berganti bulan, sang preman yang semula bermarkas di dalam kampus ternyata diusir keluar berhubung mengganggu keamanan di dalam kampus mau ada Youth Olympic sehingga markasnya mau dipakai. Dan gua pun sempat ikut membantu dan mencari markas baru untuk sang preman, dan sempat berpikir untuk bergabung juga di dalam markas itu (dengan pertimbangan rumah aman). Namun rencana itu akhirnya gagal terlaksana karena ada orang yang menyelenggarakan IT Fair pada waktu yang tidak tepat, dan akhirnya uang yang sudah gua kumpulkan dengan susah payah biar bisa pindah rumahpun lenyap berganti sebuah kamera digital, dan gua nggak berani pinjem uang sama sang preman sehingga akhirnya rencana tersebut pun batal. Akibatnya pada saat housewarming rumah barunya yang ditandai dengan pesta barbeque, gua melarikan diri dengan alasan (apa ya..lupa) yang berakibat sang preman harus memikul karung berisi arang buat barbeque, yang sempat membuat gua mendapat peringatan keras dari seorang freak.. (ya gimana gak freak, orang preman yang bersangkutan aja ga peduli, ditambah gua yakin memikul karung segitu gak ada masalah buat dia).

Ada satu hal yang membuat gua salut yaitu walaupun preman tapi dia masih menerapkan gaya hidup sehat bebas asap rokok, dengna menu makanan dipenuhi sayuran hijau, walaupun diperlukan waktu yang jauh lebih lama untuk makan sayuran itu dibandingkan dengan makan chicken cutlet di western food yang 100% sinful. Minuman favoritnya? Tidak diragukan lagi secangkir kopi dicampur susu kental manis yang disajikan hangat, terutama jika dilayani oleh seorang waiter ganteng asli asal lereng Gunung Sibayak. Hal lain yang membuat gua salut adalah kerajinannya dalam mengganti status di msn atau ym (meskipun tampaknya sudah lebih jarang sekarang), meskipun pada intinya statusnya sama seperti “ngantuk pagi2” pada jam 10, “ngantuk siang2” pada jam 2, dan “hoahmmm...” pada jam 7 malem.

Namun di samping “nature”nya sebagai preman, sang preman ini juga ternyata jago bermain piano, masih dilengkapi dengan kualitas suaranya yang nggak kalah sama Syahrini (mungkin juga dulu pernah ikut audisi KDI dengan membawakan lagu “Kalau bulan bisa ngomong”). Selain itu pembawaannya memang rendah hati, tidak sombong, sedikit gak jelas dan gemar menabung alias perhitungan , masih harus bersyukur karena pernah beberapa kali ditraktir kopi. Dan sang preman ini juga memiliki sisi feminim (karena memang dia cewek tulen, walaupun gayanya lebih gagah dari gua, dan terbukti sempat membuat sekelompok pria2 kesepian mencoba mendekati termasuk gua sendiri dan akhirnya hatinya tertambat pada seorang calon guru besar yang kini masih merintis jalan ke sana dengan menjadi peternak bakteri di tempatnya bekerja.

Dan akhinrya kini sudah lebih dari 3 tahun gua berkenalan dengan sang preman itu dengan segala suka-dukanya, mulai dari makan siang bareng di bawah komando ibu kos hingga naik MRT yang mogok di tengah terowongan (untung gak sampai harus jalan kaki), dan sang preman kini tinggal 11 bulan lagi menuju saat dimana kpekerjaan sampingannya di sini akan selesai dan dia harus memutuskan apakah akan kembali menjadi preman yang berkelana di dunia hitam atau kembali ke jalan yang benar untuk menjadi orang baik, syukur2 menjadi peneliti demi kemajuan ilmu pengetahuan dan umat manusia demi menebus sisi kelamnya di masa lalu saat masih berada di dunia hitam bersama preman2 yang lain, atau.. ikut kami membuka warung? Entahlah, kita lihat saja nanti.

Sekian.


2 comments: